Jumat, 10 Maret 2017

Keinginan Terbesar.



Semua yang ada di dunia ini fana. Semua yang bisa kita miliki sudah sepatutnya disyukuri. 
Namun terkadang, hidup mengajarkan kita untuk menerima bahwa semua hal yang mejadi keinginan kita belum tentu menjadi kenyataan.


Andrian Bagas Dewanto. Seorang pemuda yang boleh dibilang cukup mapan, di usianya yang ke 27 ini, dia sudah memiliki beberapa aset yang ia dapat dari hasil kerja kerasnya menabung mulai dari selepas tamat kuliah. Semua yang diimpikan oleh seorang pria sudah ia miliki, aset, kerjaan mapan, dan tentu saja kekasih. Adalah Vina Pricilia Lestari yang berhasil meluluhkan hati seorang Andrian.


Gadis cantik yang ia kenal sewaktu sama-sama baru masuk kuliah. Wanita yang selalu menemani Andrian disaat suka dan duka. Vina juga yang menyelamatkan uang kostan Andrian disaat kiriman dari orang tua Andrian telat masuk ke rekeningnya, Vina pula yang sudah berkali-kali menyelamatkan Andrian agar bisa membayar uang kuliah tepat waktu. Bagi Andrian, Vina adalah peri baik hati yang diutus Tuhan untuk menyelamatkan hidupnya.


Dan kini,saatnya bagi Andrian untuk membalas semua budi baik Vina. Hanya 1 tujuan Andrian, yaitu membahagiakan Vina, memberikan semua yang terbaik bagi Vina. Di lubuk hati Andrian, ia sangat mencintai kekaasihnya itu. Vina yang saat ini sudah bekerja juga memang sangat mencintai Andrian. Tidak sedikit teman mereka yang memuji pasangan ini sebagai pasangan serasi.


Semua manusia tentu ingin melihat orang yang dicintainya bahagia, begitu juga dengan Andrian. Andrian pernah mengungkapkan bahwa keinginan terbesar ia saat ini adalah untuk menikah dengan Vina. 
Semua hal tentang Andrian bukanlah sebuah rahasia bagi Vina, hanya 1 hal saja yang Andrian simpan selama ini. Andrian terlalu takut untuk melihat ekspresi Vina bila 1 hal ini ia ceritakan kepada Vina. Andrian tidak kuat melihat Vina menangis.


Suatu pagi di sebuah ruangan,
"Bagaimana dok?" tanya Andrian kepada dokter.
"Sebelum saya menjelaskan hasil pemeriksaan mas, ijinkan saya memberi saran kalau apapun yang mas ingin lakukan dalam hidup mas saat ini, segeralah mas melaksanakannya." ucap sang dokter.
"Maksudnya dokter, penyakit saya sudah stadium lanjut ya? hidup saya tidak lama lagi ya dok?" tanya Andrian kembali.
"Saya tidak mau berkata seperti itu mas, karena tetap, seakurat apapun diagnosa seorang dokter, keputusan mengenai hidup-mati itu ditangan Tuhan".
"Ooh..iya dok, saya mengerti. Terimakasih dokter." ucap Andrian sembari keluar ruangan.


Andrian duduk di koridor rumah sakit, menatap kearah taman yang ada di depannya. Dalam hatinya bimbang dan gelisah karena tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya dalam beberapa bulan ke depan. Mungkin saja dalam 6 bulan ke depan, ia tidak bisa melihat matahari, tidak bisa melihat Vina.


Andrian masih tidak mau menceritakan penyakit kanker yang sudah meluas ke seluruh tubuhnya kepada Vina dan orang tuanya. Ia tidak ingin membuat Vina terluka karena mencintai dirinya yang sedang sakit.
Jumat sore sehabis pulang kerja, Vina and Andrian bertemu. Weekend merupakan waktu bagi pasangan ini untuk bertemu dan melepas rindu.

Saat sedang berada di restoran,setelah selesai makan, Andrian berkata,
"Sayang, dengerin deh lagu ini." (sambil menyerahkan hapenya dan earphone kepada Vina).
(diam beberapa saat, mendengarkan lagu). "Umm, ini lagunya Dygta kan? aduh apa yaa judulnya? aku lupa yang.."
"Iya sayang, Dygta, judulnya Tak Bisa Memiliki, bagus yah lagunya". jawab Andrian.
"Umm iya sih, bagus tapi liriknya dalam yah." jawab Vina.
"Kamu kenapa? kok tiba-tiba kasih lagu ini?" Vina bertanya keheranan.
"Gak apa-apa sayang, aku cuma lagi suka aja dengerin lagu ini dan aku harap kamu juga mau mendengarkan lagu ini." jawab Andrian menenangkan Vina. 


Vina sebenarnya sudah mulai heran dengan sikap Andrian. Karena, selama 6 tahun mereka berpacaran, sosok Andrian adalah tipe pria yang selalu ceria, selalu mampu membuat ia tertawa dan selalu terlihat happy.


Pagi hari, sama seperti hari-hari sebelumnya, Vina selalu menelepon Andrian,
TUT......TUT......TUT........TUT.........
"Halo vin.." jawab seseorang wanita disebrang telepon.
Vina kaget karena Ibu Andrian yang mengangkat telepon. 
"Halo mama (begitu panggilan Vina pada ibu Andrian) Andriannya kemana ma? tumben mama yang angkat telepon?"
(Dengan suara sedih), ibu Andrian menjawab "Andriannya lagi tidur vin, sekarang mama lagi di rumah sakit, nungguin Andrian"
(Kaget sekaligus panik) "Apa ma? Andrian masuk rumah sakit??" Rumah sakitnya dimana ma? Vina sekarang kesana ya ma."
(Menangis) "iya vina, rumah sakit Budi Mulya ya sayang, mama tunggu yaa."
"iya ma, sabar ya ma aku kesana" (telepon pun ditutup).


Dengan tergesa Vina lalu menuju rumah sakit dan mendapati ibu dan ayah Andrian sudah berada di luar ruangan tempat Andrian dirawat. Ibu Andrian yang melihat kedatangan Vina langsung memeluknya tanpa mengucap sepatah kata sedikit pun.


"Ada apa ma sebenarnya? kenapa sama Andrian?" Vina mulai membuka pembicaraan.
"Ini Vin,kamu baca hasil lab dari dokter". Vina membuka dan membaca surat tersebut dan mulai menangis.
Seakan tidak percaya, Vina bertanya sekali lagi ke ibunya Andrian, "Mama, ini serius? ini gak bercanda kan ma? Andrian terkena Kanker stadium 4 ?? sejak kapan ma?? cerita sama Vina!"


(Ibu Andrian menangis dan memeluk Vina) "iya Vin, mama juga selama ini tidak tahu kalau Andrian kanker. Mama baru tahu dari dokter. Andrian selama ini merahasiakan dari kita." Vina duduk terdiam di depan ruang inap Andrian, menangis. 
Semalaman Vina berada di rumah sakit, ibu Andrian meminta vina untuk pulang istirahat namun vina menolak dan mengatakan sebaiknya ibu dan bapak yang pulang karena sudah semalaman belum tidur.


Siang harinya, Andrian siuman, dan melihat Vina tertidur disamping tempat tidurnya. Andrian mengelus kepala Vina dan Vina pun terbangun. 
"sudah bangun sayang?" vina berkata. Andrian hanya tersenyum. Setelah selesai membantu Andrian makan, Vina kembali bertanya, "kenapa kamu merahasiakan ini dari aku?" Andrian tersenyum dan berkata "aku tidak tega untuk memberitahu kamu, aku gak mau liat kamu nangis." Vina menjawab "Tapi nyatanya sekarang aku sudah menangis sayang! (sedikit marah). Andrian tersenyum "Aku minta maaf ya sayang, kalau selama ini aku merahasiakan ini sama kamu. Sebenarnya saat aku minta kamu dengar lagu Dygta kemarin, aku ingin menyampaikan bahwa aku gak bisa selamanya menemani kamu."


Andrian melanjutkan pembicaraannya, "Waktuku terbatas sayang, sebesar apapun rasa cintaku sama kamu, aku hanya punya sisa waktu sedikit lagi untuk bersamamu." "Aku senang bisa memilikimu sebagai pacarku, aku mohon kamu hapus air mata kamu, jalani hidupmu tanpa aku dengan bahagia ya sayang." Vina semakin sedih dan menangis. 


Vina menjawab, "Jangan pernah minta aku menghapus air mata aku! apa salahnya kalau aku menangis untuk orang yang aku sayang?" "asal kamu tahu saja, selama ini aku sangat bahagia dan kini, orang yang menjadi alasan kebahagiaanku sedang sakit! sampai kapan pun aku akan tetap berikan yang terbaik untuk kamu Andrian. kita lewati ini sama-sama sayang!"


Disaat Andrian tertidur, Vina menemui dokter yang merawat Andrian, dan bertanya tentang penyakit Andrian. Dokter berkata bahwa sel kankernya sudah menyebar dan sudah sulit untuk diterapi, karena sudah menyerang hampir seluruh tubuh. Vina mendengar penjelasan dokter dengan seksama. Dokter menyarankan bahwa apapun yang di inginkan oleh Andrian,sebaiknya di penuhi saja.


Vina sangat ingat bahwa keinginan terbesar Andrian adalah menikahinya. Oleh karena itu, Vina segera menyampaikan niatnya ini kepada ke 2 orang tuanya maupun ke 2 orang tua Andrian. Dan syukurnya ke 2 belah pihak sepakat dan menyetujui usulan vina ini. Setelah beberapa hari dirawat, Andrian sudah diperbolehkan pulang oleh dokter dan ia sangat kaget sekali, karena di hari ia keluar dari rumah sakit, Vina sudah menantinya di depan rumah sakit berpakaian layaknya mempelai wanita dan seluruh keluarga inti sudah berada di rumah sakit itu.


Andrian tampak kebingungan namun Vina segera menjelaskan, "sayang, kamu pernah cerita kalau keinginan terbesar kamu adalah menikahi aku, dan hari ini, detik ini juga, aku siap kamu nikahi." Andrian terharu senang, dan memeluk Vina. Ibu Andrian pun meminta Andrian untuk berganti pakaian dan kini 2 orang calon pengantin siap melangsungkan pernikahan di tempat yang tidak lazim, koridor rumah sakit.


Dengan disaksikan oleh keluarga, dokter, perawat dan juga pasien yang ada di rumah sakit itu, Andrian dan Vina kini resmi menjadi sepasang suami istri. Andrian senangnya bukan kepalang, begitu pun Vina yang terharu bahagia. Andrian merasa memiliki semangat hidup kembali, Vina pun tak bosan-bosan untuk selalu menyemangati Andrian yang fisiknya semakin hari semakin menurun kondisinya.


Terkadang, kabar bahagia itu datangnya tidak terduga, saat Andrian terbaring lemah untuk kesekian kalinya di kasur rumah sakit, saat itu pula Vina memberikan kabar bahwa dirinya hamil. Andrian tersenyum dan menitikkan air mata bahagia mendengar kabar itu. Dalam hatinya, Andrian hanya berharap masih memiliki waktu untuk menyaksikan anak pertamanya lahir ke muka bumi ini.


Namun harapan tinggal harapan, Andrian menyerah melawan waktu, Andrian pergi tanpa sempat menyaksikan anak pertamanya lahir. Vina dan seluruh keluarga sangat sedih dengan kepergian Andrian. Terlebih bagi Vina, tidak mudah baginya melahirkan seorang anak tanpa didampingi oleh Andrian.


4 Bulan setelah kepergian Andrian, hari yang dinanti pun tiba, Vina melahirkan seorang anak laki-laki dan wajahnya pun mirip sekali dengan ayahnya. Semua keluarga turut hadir dalam momen bahagia ini. Ibu Andrian pun turut hadir menyaksikan cucu pertamanya lahir dan bertanya kepada Vina, "Apa kamu sudah punya nama untuk anak ini sayang?" , vina menjawab "sudah mah, aku kasih nama bayi ini Andrian, supaya Andrian tetap ada ditengah-tengah keluarga kita". Dan ibu Andrian pun tersenyum mendengar jawaban Vina. Kini, Andrian telah kembali kepada Vina.











Created By: Penulis Imajinasi







Mohon sertakan alamat blog saya ini jika anda ingin mengkopi atau posting ulang cerita ini ke dalam website ataupun blog anda. Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar