Minggu, 23 Oktober 2011

Tidak Penting Berapa Gajimu,Nak! Yang Penting Berapa Sisanya..??



Sebuah bacaan yang bagus untuk orang orang yang hidupnya konsumtif dan memiliki gaya hidup mewah tanpa bermaksud merendahkan kemampuan seseorang dalam membiayai gaya hidupnya masing - masing....




Tidak Penting Berapa Gajimu, Nak! Yang Penting Berapa Sisanya.


Judul di atas merupakan terjemahan bebas dari pesan Paklik :


“Piro bayaranmu ora penting, Le! Sing penting turahane”


Paklik bukan seorang ahli keuangan.  Hanya seseorang pembaca yang tekun.  Membaca ilmu-ilmu kehidupan.  Kalimat  yang ndeso itu sangat sarat makna, dengan mensyaratkan kemauan kuat untuk merenungkannya.


Siapa sih yang tidak mau bekerja dengan gaji besar? Hampir semua orang mau.  Penolakan hanya akan terjadi jika ada alasan yang kuat, yang sanggup memunculkan kalimat penegasan ora dibayar ora kudisen ‘Tidak dibayar tidak kudisan’.  Asumsinya adalah jika bergaji besar, segala macam kebutuhan hidup akan mudah tercukupi.  Sandang, pangan, dan papan akan diperoleh dengan enteng.  Bukan hanya enteng, tetapi juga terpenuhi sesuai dengan selera dan tuntutan kemewahan.


Kembali ke nasehat Paklik. Gaji kecil belum tentu kurang, gaji besar belum tentu cukup.  Patokannya adalah berapa jumlah uang yang disisakan.  Disisakan setelah dikurangi pengeluaran apa? Tentu saja setelah dikurangi biaya operasional kerja : transport, uang makan, pakaian kerja, tempat tinggal (bagi yang tidak tinggal gratis), biaya sosial di lingkungan kerja.  Biaya-biaya itu besarnya sangat bervariasi antara satu orang dengan orang lainnya.  Pilihan besaran pengeluaran wajib itu sangat tergantung kepada pola pikir dan pola hidup masing-masing individu.  Pola pikir dan pola hidup itu juga sangat dipengaruhi oleh tuntutan keadaan di lingkungan kerja.


Ilustrasi Penghasilan Tukang Batu


Tukang batu atau sering disebut kuli bangunan di Jakarta berpenghasilan Rp 75.000,- per hari. Tukang batu yang sedang mengerjakan rumah tinggal, umumnya tinggal di bedeng-bedeng di lokasi pembangunan. Artinya biaya tempat tinggal dan transport Rp 0,-  Umumnya mereka masak sendiri, ataupun jika membeli diwarung, tidak akan pernah ke Kentuky Fried Chicken, CFC, atau McDonald.  Pakaian kerja ala kadarnya. Alat komunikasi berupa HP asal bunyi dan bisa terbaca SMS. Tak kenal HP tablet-tabletan.  Ditempat kerja, mereka tidak pernah menerima undangan sunatan dari warga sekitar.  Secara sosial mereka dimaklumi.


Secara kasar bisa dibayangkan, sisa uang yang dibawa pulang untuk disetor ke isteri jumlahnya masih cukup banyak. Dan sebagai isteri dari seorang yang kata sebagian orang “hanya tukang batu” itu, memiliki gaya hidup yang kurang lebih juga sama dengan sang suami, sederhana.  Kesederhanaan itu semakin memperkuat posisi keuangan keluarga.


Ilustrasi Penghasilan Sales Cat Tembok.


Gaji Rp.5000.000,- per bulan. Uang makan Rp 50.000,- per hari.  Alat kerja mobil.  Pelanggan yang dikunjungi agen-agen cat.  Tempat tinggal kost. Relasi sosial banyak.  Pekerja seperti ini tentu membutuhkan biaya operasional kerja lebih besar daripada tukang batu.  Uang makan belum tentu cukup karena sebagai pekerja bermobil, jenis-jenis makan siangpun akan sangat terpengaruh oleh penampilannya.  Masak sih kerja bermobil makan siang paket goceng. Sorry lah yauw!


Belum lagi jika ada tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan boss agen cat, dengan dalih supaya ada ikatan batin dengan pelanggan.  Variasi gaya hidup yang ditawarkan lebih banyak, yang tentu saja akan memakan biaya banyak pula.  Dari mulai mancing, traveling, sampai dancing. Baju-celana-sabuk -dompet pun bisa jadi terasa gatal jika tidak tertempel merk keren. Plus kadang-kadang ikut taruhan sepakbola dan berburu daun muda.  Undangan sunatan dan pesta-pesta juga tidak terkira jumlahnya.  Tidak lupa aplikasi kartu kredit dengan plafon selangit. Fasilitas mobil yang bisa dibawa pulang, menciptakan tuntutan baru dari keluarga :piknik ke sana ke mari.


Berapakah jumlah uang yang tersisa untuk disetor utuh ke isteri tercinta di rumah? Yang jelas berkurang sangat banyak daripada yang seharusnya bisa disetorkan.


Bidang kerja adalah pilihan hidup.  Gaya hidup adalah juga pilihan hidup.  Semua pilihan punya konsekwensi masing-masing.  Kearifan pribadilah yang harus dikedepankan dalam menyikapi semua konsekwensi dari pilihan yang diambil.


Jauh-jauh hari sebelum ada Google yang serba tahu itu, Paklik sudah bisa membaca alam sekitar, dan menelurkan petuah luhur :


“Piro bayaranmu ora penting, Le! Sing penting turahane




http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/06/04/tidak-penting-berapa-gajimu-nak-yang-penting-berapa-sisanya/